Senin, 28 Januari 2008

DIA TELAH PERGI...



Innalillahi Wa Innaillaihi Rojiun...
Hari Minggu, 27 Januari 2008, pukul 13.10 WIB...kabar duka ini menghiasi semua media di Indonesia. Mantan Presiden Soeharto, diantara kontroversial dan tuntutan hukumnya yang belum pasti, diantara rakyat yang mencaci dan mencintanya, diantara doktrinasinya ketika masih berkuasa, aku turut berduka atas kepergian Beliau. Hampir 16 tahun setiap hari melihat wajah penuh senyum itu menghias sisi kiri atas papan tulis kelas dan televisi. Ingatku melayang ketika masih duduk di SD. Begitu kagumku pada beliau, setiap hari menunggu acara dialog beliau dengan para petani di TVRI. Di kelas 3 SD masih ku ingat sebuah surat kutulis, hanya karena kagumku pada senyum dan keramahtamahannya dengan siapapun termasuk rakyat kecil, aku ingin mendapat hadiah darinya...sebuah sepeda. Tapi surat itu batal kukirim karena ayahku menemukannya...aku malu. Surat itu kutulis pada bagian tengah buku agenda kerja ayahku, dengan maksud mudah kusobek, dan buku itu masih kusimpan sampai sekarang (tapi lupa tempatnya). Di kelas 5 SD aku mencoba membaca buku "Suharto Bapak Pembangunan", meski belum begitu "ngeh" mengerti bahasa dalam buku itu, tapi aku bangga (kalau ditanya isinya aku tak lupa atau tak tahu...). Sampai saat ini aku tidak bisa mengerti kenapa hujatan demi hujatan tertuju padanya. Semua kesalahan tertimpa padanya. Mungkin mereka yang menghujat adalah benar, mungkin mereka yang menyalahkan adalah benar, hanya karena aku buta politik, aku buta konspirasi apapun darinya, yang sekarang ini hanya ada dikeinginanku kapan korupsi tidak tambah meraja lela, kapan harga beras dan tempe tidak melangit, kapan aku bisa melihat anak jalanan dengan sekolah murah, kapan aku bisa menatap indonesia tanpa demonstrasi.

Senin, 21 Januari 2008

SALUTKU UNTUK SEORANG ANDREA HIRATA


Meski belum kubaca rinci novel "Laskar Pelangi"...tapi rasa kagumku terhadap kecintaan seorang murid kepada gurunya, pengorbanan dengan ketulusan dari seorang guru dalam keterbatasan yang mampu mensemangati 10 orang muridnya (hanya 10 orang !)untuk tetap bisa belajar.

Tentang Sebuah SD Kampung

Ketika novel ini terbit baru seminggu sudah naik cetak 2 kali. Ada apa dengannya? Novel Andrea Hirata Seman, seorang yang berasal dari pulau belitong. Novel ini adalah memoar masa kecilnya dan semua pelakunya adalah nyata. Laskar Pelangi adalah teman2 masa kecilnya saat bersekolah di sekolah kampung yang miskin di Belitong.

Sebuah SD Muhammadiyah di Kampung Belitong dengan fasilitas yang sangat terbatas bahkan sangat minus, membuka pendaftaran untuk murid baru kelas satu. Hingga saat2 terakhir pendaftaran hanya 9 orang anak yang mendaftar dan siap masuk kelas di hari pertama. Padahal sekolah reot ini sudah diancam untuk membubarkan diri jika murid barunya kurang dari 10 orang.

Laskar Pelangi, sebuah penggambaran bahwa keterbatasan bukan halangan mencapai cita-cita. Ketulusan bukan suatu kesia-siaan. Adalah semangat yang memberi warna keberhasilan.

Membaca novel ini sebersit pertanyaan menyergapku...masihkah ada kutemukan guru seperti Ibu Muslimah dalam gambaran seorang "ANDREA HIRATA SEMAN". Dan masih bisakan kutemukan Laskar Pelangi lain diantara demo naik gaji guru. Jadi rindu sama Bu Ndariku....